Hari Buku Nasional dan Upaya Meningkatkan Keterampilan Literasi

        Gambar oleh press 👍 and ⭐ dari Pixabay 

Setiap tanggal 17 Mei, kita selalu memperingati Hari Buku Nasional dengan pelbagai macam kegiatan. Peringatan ini tidak dapat dilepaskan dengan pentingnya budaya membaca. Hari Buku nasional telah mulai diperingati sejak tahun 2002. Pada saat itu, Abdul Malik Fadjar selaku Menteri Pendidikan merupakan orang yang mencetuskannya. Pemilihan 17 Mei sebagai hari Buku Nasional juga tidak dapat dilepaskan dengan momentum berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada 17 Mei 1980. Pada tahun 2021 ini, kita telah memasuki usia yang ke 19 tahun dalam rangka memperingati Hari Buku Nasional. Salah satu poin penting dalam kaitannya dengan buku adalah literasi. Literasi dapat diartikan sebagai seperangkat keterampilan atau kemampuan setiap orang untuk membaca dan menulis. Buku merupakan salah satu media baca yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan literasi seseorang. Namun, beberapa hasil riset menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki tingkat literasi yang kurang memuaskan. Pertama, World’s Most Literate Nation yang dirilis oleh Central Connecticut State University menempatkan Indonesia pada peringat 60 dari 61 negara dalam hal literasi. Kedua, Indeks Aktivitas Literasi Membaca Nasional (2019) juga memperlihatkan bahwa angka rata-rata Indeks Alibaca Nasional masuk dalam kategori aktivitas literasi rendah, yaitu berada di angka 37,32. Nilai tersebut disusun berdasarkan empat indeks dimensi, yaitu Kecakapan sebesar 75,92; Akses sebesar 23,09; Alternatif sebesar 40,49; dan Budaya sebesar 28,50. 

Berangkat dari hasil riset diatas, dapat dilihat bahwa sesungguhnya tingkat keterampilan literasi masyarakat di Indonesia masih perlu ditingkatkan secara berkelanjutan. Momentum Hari Buku Nasional pada tahun 2021 ini dapat kita jadikan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan keterampilan literasi, terutama dalam kaitannya dengan membaca. Lebih-lebih, upaya peningkatan literasi ini dapat dilakukan sejak dini terutama pada anak-anak karena pada era digital saat ini, mereka lebih banyak memanfaatkan perangkat digital untuk bermain game dibandingkan dengan membaca buku, meskipun saat ini juga tersedia buku versi non cetak (ebooks) yang lebih praktis dibaca hanya dengan menggunakan perangkat teknologi informasi / gadget. Bahkan, dalam Digital 2021 : Indonesia, juga disebutkan untuk penduduk Indonesia yang berada di usia 16-64 tahun menghabiskan waktu sekitar 8 Jam 52 menit per hari hanya untuk memanfaatkan internet (Kemp, 2021). Angka-angka ini lebih tinggi dibandingkan aktivitas membaca, misalnya dari data Global English Editing (2020) dengan tulisan yang bertajuk World Reading Habit in 2020 yang menempatkan Indonesia dengan negara yang hanya bisa menghabiskan waktu 6 jam per minggu / orang untuk aktivitas membaca.

Oleh sebab itu, diperlukan pelbagai upaya yang dapat dilakukan untuk terus mendorong adanya peningkatan literasi untuk menciptakan generasi “literate”. Perlu dipahami juga, untuk menciptakan generasi “literate”, membutuhkan waktu dan proses yang panjang serta ketelatenan dari semua pihak untuk saling mendukung. Bahkan, setiap orang yang dikatakan “literate” apabila mereka dapat memahami segala sesuatu dari apa yang telah dibaca dan dapat mengimplementasikan atau dapat membuat sebuah keputusan dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi mereka. Proses menuju generasi "literate" ini dapat dimulai dari pelbagai elemen seperti lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, pergaulan, lingkungan bermain, pekerjaan, dan lingkungan lainnya dengan melakukan hal-hal yang berkaitan dengan literasi seperti membaca, mendongeng, menulis, dan dan kegiatan yang berkaitan dengan literasi lainnya. Selain itu, ketersediaan bahan bacaan yang bermutu serta akses terhadap informasi di perpustakaan juga diperlukan serta pemahaman dan pengetahuan akan pentingnya membaca perlu ditingkatkan. Dengan demikian, adanya hari buku nasional inilah harus dijadikan momentum untuk saling berdaya bersama-sama dan saling mendorong untuk meningkatkan keterampilan literasi masyarakat di Indonesia.


Hendi Prasetyo
Hendi Prasetyo

Adalah founder sekaligus penulis aktif pada Literaksipedia sejak 13 September 2019

1 comment:

  1. ONE Blackjack retains the basics of the sport we all know and love, whereas including a brand new} dynamic with big winning potential over Classic Blackjack. Pragmatic Play is quantity one} sport developer providing player-favourites to essentially the most successful world brands within the iGaming business. 우리카지노 Small insists that his curiosity in gambling is solely theoretical. He has broken even in casinos by refusing to gamble there. An strategy based on simple scientific ideas reveals how gamblers can win.

    ReplyDelete